GatotKaca! (Gagal Total Kalo Nggak Ngaca!)
Sebuah
pepatah yang di dalamnya menyebut-nyebut “semut” dan “gajah” sering kali kita
ucapkan kala menyindir seseorang. Kata pepatah itu, kesalahan-kesalahan
orang lain mudah sekali tampak, sedangkan kesalahan diri luput
begitu saja. Sikap seperti ini seolah menjadi makanan kita
sehari-hari, gampang sekali ditemui: di lingkungan
keluarga, tempat kerja, kampus, sekolah, di mana saja. Pelakunya
bisa atasan kita, bawahan, kolega, ayah, anak, istri, orang lain, dan tentu
saja—diri kita sendiri. Hal ini
tak lagi jadi fenomena langka, sebab sekarang ia
menjadi lumrah adanya. Ia seperti wabah
penyakit, saat-saat ketika hedonisme dan kemunafikan merajalela. Muncul pertanyaan, bisakah
itu diubah? Jika kita anggap itu sebagai sifat
kodrati manusia, jawabannya tentu saja “tidak”, tapi jika kita sedikit saja
optimistis dan menganggapnya sebagai suatu
penyakit, tentu kita semua sepakat bahwa tak ada penyakit yang tidak dapat
disembuhkan. Semua ada obatnya, kecuali kematian.
GatotKaca tidak bermaksud menggurui, sekadar
mengajak berbagi tentang banyak hal di sekitar Anda. Di tengah itu semua, persoalan menyangkut pepatah “semut” dan “gajah” itu akan
jadi benang merah. GatotKaca bertujuan untuk mengubah paradigma tentang
kesalahan. Siapa yang berbuat salah dan apa
akibatnya. Siapa yang harus mengubah dan
seperti apa caranya. Tapi, tiap orang dapat
menerimanya dengan cara yang berbeda, sebab sekali lagi GatotKaca tak
pernah berniat menggurui. Si A bisa saja menangkap ocehannya sebagai x, tapi si
B justru y. Yang jelas, ia tak pernah memaksa Anda
untuk melakukan sesuatu, sebab segala hal yang muncul dari paksaan tak pernah
hakiki, selalu artifisial.
GatotKaca menyuguhkan Anda macam-macam topik
hangat. Sekali waktu Anda bisa menganggapnya sebagai hiburan semata sebab bisa
jadi kental dengan kejenakaan. Bisa pula
merasa kesal sebab ia seolah menceramahi anda dengan kasar. Atau justru tertampar,
sebab Anda kemudian tersadar. Apa pun hasilnya, GatotKaca akan membawa
Anda pada monolog ringan dan renyah. Mengajak Anda memikirkan kembali pepatah
“semut” dan “gajah” dalam sudut pandang berbeda. GatotKaca meredam
justifikasi negatif Anda terhadap orang lain, sebab apa pun yang terjadi, Anda
memegang kendali atas pilihan-pilihan dalam hidup Anda. Jika Anda
ingin berhasil dan “segalanya berjalan lancar”, tanamkanlah nilai-nilai dan
etos luhur pada diri Anda. Stop menyalahkan orang lain. Evaluasi diri
menjadi kunci. Hentikan buang-buang waktu dengan meneliti semut di ujung laut,
sebab toh ada seekor gajah yang sedang nongkrong—tepat di pelupuk mata Anda.
GatotKaca … coming soon on
July … in this blog :) hehehe. [Luttfi Fatahillah]
Komentar
Posting Komentar